Suku Batak berasal dari Provinsi Sumatera Utara. Di wilayah tersebut, suku Batak terdiri dari lima etnis yang berbeda, yaitu Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing (Angkola), dan Batak Pakpak (Dairi). Masing-masing etnis memiliki bahasa dan budaya yang khas. Suku Batak dikenal dengan kekayaan warisan budayanya, seperti seni musik, tarian, dan tradisi adat yang unik. Mereka juga memiliki peranan penting dalam sejarah dan perkembangan masyarakat di wilayah Sumatera Utara.
Asal Usul Orang Batak Toba, Karo, Mandailing, Simalungun, Angkola, Pak Pak di Indonesia. Sebuah penelitian yang bersumber dari Guru Besar Sosiologi- Antropologi Universitas Negeri Medan( Unimed) ialah Profesor Dokter Bungaran Antonius Simanjuntak dalam suatu makalah yang bertajuk“ Orang Batak dalam Sejarah Kuno dan Moderen” yang di informasikan dalam suatu seminar.
Kegiatan riset asal usul orang Batak tersebut digagas Dewan Pengurus Pusat( DPP) Kesatuan Bangsa Batak Sedunia( Unity Of Bataknese within the World) di Kota Medan beberapa waktu lalu. Kegiatan tersebut memperkenalkan Dokter Thalib Akbar Selian M. Sc( Lektor Kepala/ Research Majelis Adat Alas Kabupaten Aceh Tenggara), Drs S Is Sihotang MM( mantan Bupati Dairi), serta Nelson Lumban Tobing( Batakolog asal Universitas Sumatera Utara).
Fakta dan Riset Sejarah Asal Usul Orang Batak
Dari beberapa fakta- fakta yang dikumpulkan serta hasil riset asal usul orang Batak yang dilakukan Profesor Dokter Bungaran Antonius Simanjuntak, riset ini diawali dari dataran pegunungan di Utara Tibet, Khmer Kamboja, Thailand, sampai Tanah Gayo di Takengon, Aceh, nyatanya nenek moyang Bongsa Batak menurutnya berasal dari generasi suku Mansyuria dari Ras Mongolia.
Nenek moyang asal usul orang Batak berasal dari generasi suku Mansyuria( Manchuria) yang hidup di wilayah Utara Tibet dekat 7. 000 tahun lalu. Pada waktu itu nenek moyang dari suku Batak diusir oleh orang-orang suku Barbar Tartar dari tanah leluhurnya di Utara Tibet. Pengusiran itu mengakibatkan suku Mansyuria bermigrasi ke pegunungaan Tibet lewat Cina( Cina). Dari kejadian migrasi di pegunungan Tibet tersebut bisa dijumpai sebuah danau dengan nama Toba Tartar. Suku Mansyuria membagikan nama danau itu buat mengenang kejadian pengusiran mereka oleh suku Barbar Tartar.
Sehabis dari pegunungan Tibet, suku Mansyuria turun ke Utara Burma ataupun perbatasan dengan Thailand. Dari sini suku Mansyuria meninggalkan budaya Dongson. Suatu kebudayan asli suku bangsa ini yang mirip dengan budaya Batak yang terdapat saat ini. Suku Mansyuria yang terus dikejar- kejar suku Barbar Tartar kembali bergerak mengarah arah Timur ke Kamboja, serta ke Indocina. Dari Indocina, suku Mansyuria berlayar mengarah ke Philipina, setelah itu ke Sulawesi Utara, ataupun Toraja( ditandai dengan hiasan kerbau pada Rumah Adat Toraja).
Setelah itu Suku Mansyuria turun ke Tanah Bugis Sulawesi Selatan( ditandai dengan kesamaan logat dengan orang Batak), serta menjajaki angin Barat dengan berlayar ke arah Lampung di daerah Ogan Komering Ulu, lalu akhirnya naik ke Pusuk Buhit Danau Toba Sumatera Utara.
Dikala suku Mansyuria berlayar dari Indocina, sebagian suku Mansyuria melewati Tanah Genting Kera di Semenanjung Melayu. Dari tempat ini suku ini berlayar mengarah Tepi laut Timur Sumatera, serta akhirnya mendarat di Kampung Teluk Aru di wilayah Aceh. Dari Kampung Teluk Aru ini, suku Mansyuria yang terus bermigrasi itu naik ke Tanah Karo, dan setelah itu meneruskan ekspedisi sampai hingga ke Pusuk Buhit.
Dari hasil riset asal usul orang Batak, penerus dari keturunan suku Mansyuria yang kemudian menjadi nenek moyang orang Batak ini terus berpindah- pindah( nomaden) karena mengikuti pesan dari para pendahulunya kalau buat menjauhi suku Barbar Tartar. Bersumber pada nasehat leluhur hingga tempat tinggal suku Mansyuriah harus di daerah dataran besar. Tujuannya merupakan supaya mudah mengenali kedatangan musuh.
Kenyataan ini diketahuinya dan dibuktikan langsung lewat riset bersama 2 rekannya dari Belanda serta Thailand. Pembuktian akan asal usul nenek moyang suku Batak pula diperkuat lewat beberapa literatur. Antara lain, Elizabeth Seeger, Sejarah Tiongkok Selayang Pandang, yang menegaskan nenek moyang orang Batak dari Suku Mansyuria, Edmund Leach( Rithingking Anhtropology) mempertegas ikatan vertikal kebudayaan Suku Mansyuria dengan Suku Batak.
Hasil Kajian Asal Usul Orang Batak
Dari hasil kajian dan studi dikenal kalau generasi penerus suku Mansyuria tidak cuma menetap di Pusuk Buhit, tetapi pula di daerah Barus Sumatera Utara serta sebagian lagi menetap di Tanah Karo( Berastagi). Lama petualangan migrasi suku Mansyuria dari tanah leluhur di Utara Tibet hingga keturunananya menetap di Pusuk Buhit, Barus dan Tanah Karo, sekitar 2. 000 tahun.
Situs sejarah nenek moyang orang Batak di Pusuk Buhit, diperkirakan sudah berumur 5. 000 tahun. Kenyataan ini diketahui lewat temuan kerangka manusia purba di dekat Takengon di wilayah Gayo yang menunjukkan kalau aset manusia itu terdapat hubungannya dengan Budaya Dongson yang mirip budaya suku Batak.
| Baca Juga : Galeri Foto Danau Toba | Tour Danau Toba 2020
Budaya Dongson dapat diidentikkan dengan perilaku kebudayaan mengenang( Kommemoratif) kebiasaan serta peninggalan nenek moyang yang harus dilakukan oleh generasi penerus keturunan kebudayaan ini. Budaya baik semacam ini masih dilaksanakan secara nyata oleh suku Batak. Budaya semacam ini diimplementasikan paling utama dalam rangka membangun persaudaraan horizontal serta global.
Sebagian contoh budaya Dongson hula hula/ kalimbubu/ tondong harus tetap dihormati, walaupun juga kondisi ekonominya sangat miskin. Demikian pula kepada boru, walaupun juga sangat miskin, juga wajib senantiasa dikasihi. Prinsip kebudayaan Kemmemoratif semacam semenjak dulu sampai saat ini masih terpiliharan serta senantiasa dilindungi kelestariannya oleh suku Batak.
Salam Khas Batak
Batak dibagi kedalam bagian antara lain Batak Toba umunya mendiami kawasan Danau Toba, Batak Karo mendiami kawasan Tanah Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola dan Batak Mandailing yang tinggal di kawasan Tapanuli serta perbatasan dengan Sumatera Barat. Tiap jenis Batak mempunyai salam khasnya masing masing yang sangat unik.
Meskipun suku Batak populer dengan salam ” Horas”, nyatanya masih terdapat 2 salam lagi yang kurang terkenal di warga ialah” Mejuah Juah” serta” Njuah juah”. Salam Horas sendiri masih mempunyai penyebutan masing masing bersumber pada puak yang menggunakannya.
| Baca Juga : Sejarah Danau Toba Terbentuk Menurut Cerita Rakyat
Jikalau Suku Batak Pakpak memakai salam“ Njuah- juah Mo Banta Karina!”maka suku Batak Karo memakai“ Mejuah- juah Kita Krina!” kemudian salam suku Toba“ Horas Jala Gabe Ma Di Hita Saluhutna!” salam suku Simalungun“ Horas banta Haganupan, lalu Salam Habonaran Do Bona!” Mandailing serta Angkola“ Horas Tondi Madingin Pir Ma Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!”
Nilai Kekerabatan Batak
Kekerabatan merupakan menyangkut ikatan hukum antar orang dalam pergaulan hidup. Terdapat 2 wujud kekerabatan yang dianut suku Batak. Bersumber pada garis generasi( genealogi) serta bersumber pada sosiologis, sedangkan kekerabatan teritorial tidak terdapat.
Wujud kekerabatan bersumber pada garis generasi( genealogi) nampak dari silsilah marga mulai dari Sang Raja Batak, dimana seluruh suku bangsa Batak mempunyai marga. Sebaliknya kekerabatan bersumber pada sosiologis terjalin lewat perjanjian( padan antar marga tertentu) ataupun sebab pernikahan. Dalam tradisi Batak, yang jadi kesatuan Adat merupakan jalinan sedarah dalam marga, setelah itu Marga. Misalnya Harahap, kesatuan adatnya merupakan Marga Harahap vs Marga yang lain.
Berhubung bahwa Tradisi Batak sifatnya sangat dinamis yang acapkali disesuaikan dengan waktu dan tempat mempengaruhi terhadap perbandingan corak tradisi antar wilayah. Sebuah falsafah dalam perumpamaan yang diyakini dalam bahasa Batak Toba yang berbunyi: Jonok dongan partubu jonokan do dongan parhundul. ialah sesuatu filosofi supaya kita tetap melindungi ikatan baik dengan tetangga, sebab merekalah sahabat terdekat. Tetapi dalam penerapan adat, yang pertama dicari merupakan yang satu marga, meski pada dasarnya tetangga tidak boleh dilupakan dalam penerapan Adat.
Demikian artikel “Asal Usul Orang Batak Toba, Karo, Mandailing, Simalungun, Pak Pak, Angkola di Indonesia”, semoga bermanfaat.
[…] Baca Juga: Asal Usul Orang Batak Toba, Karo, Mandailing, Simalungun di Indonesia […]